"Aku tidak jadi datang ke
negaramu. Maaf.." berulang kali kubaca pesan singkat itu. Aku sangat
menantikan kedatangannya. Setahun kami berkencan di dunia maya, dan dia
berjanji akan mengunjungiku di bulan September. Namun, 15 menit yang lalu ia mengirimkan
pesan tersebut. Kuhembuskan napas perlahan. Kembali menekuni pekerjaan di
komputerku. Menelan kekecewaan. Meredam rinduku. Berusaha menyibukkan diri
dengan dokumen-dokumen ekspor yang akan segera kukirim ke Australia.
Hari ini
minggu, tanggal 2 September. Seharusnya dia datang hari ini. Seharusnya aku
menjemputnya di bandara. Seharusnya.. ah, sudahlah. Aku tersentak dari
lamunanku saat ponselku berdering. "Hai, aku akan menjemput temanku di
bandara. Ayo ikut aku." Kathy mengajakku di telepon. Aku mengiyakan ajakan
Kathy dan berganti pakaian. Ia akan menjemputku dalam waktu 15 menit. Kusisir
rambutku dan kutepukkan sedikit bedak, tak lupa kupoleskan liptint warna
kecokelatan di bibirku. Setelah berpamitan pada orangtuaku, aku segera
berangkat bersama Kathy. Aku bertanya padanya, dari mana temannya kali ini.
Latvia, katanya. Oh.. negara itu berdekatan dengan negaranya.
Pesawat baru
saja mendarat. Orang-orang berjalan keluar dari gerbang kedatangan, menarik
koper atau mendorong troli. Aku dan Kathy terus memperhatikan gerbang kedatangan.
Ketika Kathy berkata bahwa temannya telah datang, aku tidak mempercayai mataku.
Mengerjap beberapa kali. A.. Alex? Laki-laki pirang itu tersenyum lebar
melihatku. Tak kutahan air mataku saat ia berjalan ke arahku. Aku setengah
berlari menyongsongnya. Ketika ia memelukku, aku tak peduli lagi akan tatapan
orang lain di bandara. Yang kupedulikan, adalah pelukannya yang erat dan
hangat. Sehangat matahari senja di sore hari itu.
3 September 2018
Comments
Post a Comment